Kepuasan

Terkadang saya merasa aneh. Manusia bukan Tuhan, tidak selayaknya dia mampu membaca pikiran manusia lainnya. Sehingga ketika dia berbuat salah, seluruh umat manusia maklum, hal itu menjadi wajar.

Ada kalanya, si salah muncul di tengah-tengah manusia. Entah khilaf, entah sengaja. Ini adalah waktunya maaf hadir dalam diri setiap insan. Sebuah kesadaran akan begitu ‘manusia’-nya seorang manusia, yang mungkin kelak hadir dalam dirinya.

Kebesaran seseorang adalah ketika ia mau meminta dan menerima maaf. Manusia baik itu memahami kekhilafan saudaranya, tanpa butuh maaf, ia hanya paham hingga kemudian memaafkan. Ada pula yang butuh sujud sembah pengakuan kesalahan. Kali ini, mungkin ia merasa Tuhan yang biasa disembahi demi pentobatan.

Maaf seharusnya menjadi sebuah kesadaran, bukan keluar dari pita suara semata. Tapi sayangnya, sedikit yang menyadari ini. Maklum ia harus diobok-obok lewat mulut, sampai rasa-rasanya sikut ini menyentuh bibir dan gusi. Namun, dalamnya hati dan dangkalnya tenggorokan siapa yang tahu.

Ada yang ga butuh maaf, ada yang ingin tahu penyesalan, ada yang ingin perubahan, ada pula yang butuh sembah sujud. Yang terakhir mungkin cuma untuk kepuasan diri semata, mungkin ga ya?


One thought on “Kepuasan

Leave a comment